DUL KOPLAK, SANG TRADER SAPI

Cerita di bawah ini hanya kiasan belaka mengenai forex trading..
Pro dan kontra adalah biasa, tolong di tanggapi dgn kepala dingin dan komen dengan hati yg adem... Monggo..

Tokoh kita yang terbiasa memompa ban bocor, yaitu Dul Koplak, kali ini berencana berbisnis, agar bisa membeli pompa besar (walaupun bannya tetap bocor). Tapi apalah daya duitnya Cuma Rp. 200 ribu. Mau bisnis apa ya?
Hari itu Dul Koplak berencana menghadap Mbah Bondet, juragan hewan terkenal di kampung. Orang-orang mengira banyak duit, padahal mbah Bondet sebenarnya hanyalah seorang pekerja di sebuah perusahaan PT. GALAU, menjadi seorang Agen/ perantara.

Rumah Mbah Bondet selalu ramai dikunjungi oleh para blantik sapi, maupun pedagang asongan, sebut saja Ki Deden si dukun palsu. Mbah Thohar si tukang pijit. Warok SuroBambam, tukang pukulnya Mbah Bondet. Kang Bayu, penjual Bubur ayam sragen. Mbakyu Yessi yang jualan lontong sayur. Nyi Uut, Kondektur Bus (hah??!!, maaf Ut, inget kamu jadi inget Kondektur Bus Majenang-Porwokerto).

Ada Pak Dhe Cemul, yang selalu mondar-mandir membawa Notes berlogo KIOSEHAT. Ada juga Lik Bagus Herlambang si penjual Rokok yang selalu di hutangi oleh Ki Deden. Cak Agung Widiharto, loper koran, dan masih banyak lagi. Kebanyakan dari mereka sedang asyik masyuk mengamati (baca: melototi) perkembangan harga sapi di televisi, yang hari-hari terakhir ini cenderung naik turun. Bisa dibayangkan betapa melototnya mata mereka…

‘Para tetamu’ ini mendapat hiburan gratis gendhing-gendhing dari Sindhen merdu Nyai Alfi Afadiyanti dan Nyai Dian Miraza. Suasana bertambah riuh dengan datangnya rombongan PKL Taman Kanak-Kanak pimpinan Pak Guru Mawari Edy. Mereka sengaja diajak untuk mempelajari bisnis modern ala Mbah Bondet ini. Kedatangan mereka dikawal oleh Kapolsek yang sengaja didatangkan dari pulau Sabang, Iptu Abdul Mughni.
Tunggu dulu…Anak TK PKL?? demikianlah ide pak guru teladan kita..

Lho dimana Genghis Khun?
Seperti biasa, makhluk berpakaian kumal ini menggelar tikar dipojok ruangan, duduk terkantuk kantuk, sambil menjaga mug plastik berisi recehan di depannya.



Dul Koplak segera mengutarakan niatnya pada Mbah Bondet. Mbah Bondet yang (konon) terkenal baik menyambutnya dengan tersenyum riang.

“Mau bisnis SAPI Dul?” Tanya mbah Bondet sambil mengepulkan cerutunya.
“Wah..modal saya ndak cukup Mbah” ujar Dul Koplak
“Duit ente berapa sekarang?” Mbah Bondet menyelidik sambil memicing-micingkan mata.
“ 200 ribu mbah. Pas dan kontan. “jawab Dul Koplak
“ Oke..itu gampang. Ane funya fenawaran menarik. Mari ikut ke kandang di felakang”ajak Mbah Bondet, beranjak sambil menyingsingkan sarungnya lebih tinggi.
Di halaman belakang yang luas tampak sapi-sapi berkeliaran, mengingatkan pada film-film Koboi yang dibintangi oleh aktor Genghis Khun (eh siapa ya?)

“ Dul, coba ente lihat safi-safiku. Ssst ini sebenarnya milik PT. Galau sih. Gemuk-gemuk dan sehat. Apa ente tidak tertarik berbisnis Safi?
“ Sebenarnya mau sih mbah, tapi modalnya nggak cukup…” Dul Koplak mengucapkan kalimat ini sambil memelas.

“Begini, harga 1 sapi sekarang khan 5 juta. Duit ente 200 ribu ane pegang, nah ente nanti boleh membeli sapi hanya dengan hanya 50 ribu/ ekor. Sapi tetap berada di tempat ane sampai terjual lagi. Nah, sisa uang ente yang masih 150 ribu digunakan untuk berjaga-jaga, siapa tahu harga sapi menurun drastis. Coba dipikir dulu, gimana tawaran ane?” Mbah Bondet menjelaskan panjang lebar.
“Ooh jadi Mbah Bondet minjemin saya 4,95 juta untuk beli 1 sapi nih… asyikkk” Dul Koplak kegirangan..
“Ralat! Ente membeli tapi HARUS dijual lagi..” Mbah Bondet segera memotong

Raut muka dul Koplak mulai berubah, sapi mau dijual atau dijadikan istri itu khan terserah dia..
“Dijual lagi kalo harga naik khan Mbah?”
“Ya bisa harga naik, bisa turun, terserah kamu, yang penting HARUS dijual lagi!”
“Harus dijual lagi dengan harga yang belum diketahui? Kok kayak Judi Mbah?” raut muka dul koplak keheranan

“Hohoho…jelas beda…ente ini kalau ngomong dipikir dulu. Jangan langsung mem-vonis! Jadi orang goblok mbok nyadar. Judi itu tebak tebakan doang. Kalau bisnis ini bisa di analisis. Bisa di ANALISIS! Ente ngerti gak?”
“ Oh..ngerti mbah. Jadi kalo ada Judi yang bisa di analisis itu namanya bukan Judi khan!?” Dul Koplak memang orang paling lugu di desa tersebut.
“Dul..dul..mana ada judi yang bisa di analisis?? judi itu murni tebak-tebakan! Tidak bisa dipertanggung jawabkan! “jelas mbah Bondet

“Lha itu, Judi waktu Pertandingan Sepak Bola, atau Pacuan Kuda, atau Balap Motor, atau Tinju. Itu semua khan bisa di analisis Mbah? Kondisi pemainnya, performance, trauma sebelumnya….”
“Argh! Ente mau bisnis apa mau ngajak debat ane!?? kalo suka ya diterusin, kalo gak suka ya sana pergi!” hardik mbah Bondet yang mulai meradang. “Mau ditulung kok malah menthung!” berikutnya sumpah serapah ala jawa timuran keluar.
“Maaf mbah, saya khan belum paham. Kalo memang bisnis ini BAROKAH mbok ya jangan lekas ‘esmosi’ (baca: emosi). Saya diterangkan dulu biar ngerti ” Dul Koplak mengacungkan korek apinya untuk menyalakan rokok Mbah Bondet yang mati.

“Jual beli sapi itu ya jelas Halal Dul. Halalan Thoyyiban. Malah bisa buat acara Idul Adha. Apa mau ane cariin dali-dalil? He Ente tau gak? Ane ini sudah faham mana Judi dan mana yang bukan Judi”, sambil menghembuskan asap rokok.”Jadi jangan mencoba berdebat ma ane…Palagi ente khan anak kemarin sore” .
“Hmm iya ya JUAL BELI SAPI itu khan HALAL” pikir Dul Koplak yang otaknya memang dangkal, tanpa protes bahwa yang dibahas seharusnya MEKANISME Jual Belinya. Bukan BARANG yang dijual belikan.

“Nah.. Setelah sapi dijual, nanti keuntungan bersihnya buat ente” Mbah Bondet melanjutkan
“Wah asik juga. Kalo sapinya laku Rp. 5,2 juta, artinya dengan modal 200 ribu saya sudah balik modal. Gitu Mbah? Asiik betul” Dul Koplak mulai ngiler. “Lha tapi kalo rugi?…”
“Itu khan resiko bisnis Dul ada untung ada rugi.. Oleh karena itu ente harus belajar meng-ANALISIS pasar” terang mbah Bondet. “Semakin pintar kamu meng-analisis pasar, semakin banyak untung yang akan diperoleh. Tapi kemudahan ini tentu ada syaratnya” Ujar Mbah Bondet yang matanya mulai memancarkan kelicikan.

“Syaratnya agak berat sih. Tapi ane berharap ente bisa memahaminya. Setelah ente beli 1 sapi dengan jaminan Rp. 50 ribu/ ekor, berarti sisa uang ente masih 150 ribu. Bila nanti harga 1 sapi dipasaran turun menjadi Rp. 4,85 jt/ ekor, maka sisa uang ente yang Rp.150 ribu tadi otomatis akan HILANG dan jadi milik ane. Sapi ane TARIK dan uang jaminan ente, yaitu Rp. 50 ribu ane kembalikan.

Mmmm…Kenapa bisa terjadi? Ya itu tadi, karena sisa duit ente yang difungsikan untuk jaga-jaga telah tergerus oleh harga sapi yang terus menurun.” pandangan mata Mbah Bondet menerawang sendu sambil menghembuskan asap rokoknya, melanjutkan;
“Itu resiko bisnis Dul, karena modal ente kecil. Kalau modal lebih besar, maka uang yang buat jaga-jaga lebih tahan terhadap fluktuasi..eh ente ngerti fluktuasi khan?? itu lho Bubur Ayam yang dijual Kang Bayu hahaha….” Mbah Bondet tertawa tergelak sambil terbatuk-batuk.

“Duh pusing…Kenapa tidak jual beli seperti biasanya Mbah? Sapinya saya pegang dulu, nanti kalo harga turun sapi jelas saya tahan dulu, tapi kalau harga naik baru saya jual?”
“Oh..itu model kuno Dul! KUNO..! Ini sistem modern.. Ente mau jadi orang kuno atau modern?
“Jadi orang modern donk! Oke mbah saya mulai ngerti…” Jawab Dul Koplak pura-pura mnegerti karena gengsinya mulai muncul.
“Nah ente nanti bisa membatasi nilai jual tertinggi dan terendah biar gak terlalu rugi gitu. Misalnya nilai jual tertinggi 5,1 juta/ ekor dan terendah Rp. 4,9 juta/ekor saja. Begitu…”, Saran Mbah Bondet. “Bisnis ini memang menantang Dul ? Seninya sangat tinggi bagi yang ngerti nilai seni”

Dul Koplak mengangguk angguk.. Mendengar kata ‘seni’ yang segera terbayang dibenaknya adalah Ki deden, yaitu dukun palsu yang mantan pengamen, yang suaranya sember seperti kaleng kerupuk dipukuli.
“Waduh…padahal hari-hari terakhir ini harga sapi fluktuatif banget Mbah. Apa tidak bisa diringankan?” pinta Dul Koplak.
“Itu sudah maksimal… Oiya ada satu syarat lagi….”
“Apalagi mbah?” Tanya Dul Koplak



“Setelah membeli sapi, ane sarankan ente segera menjualnya, sebab kalau tidak, akan ane kenai BUNGA harian/ ekor sapi. Hmm…tidak begitu besar sih, cuma – 2% untuk sapi gemuk dan + 2% untuk sapi kurus..“
“Lah?? Artinya saya diharuskan cepat-cepat menjual sapi nih? Dalam satu hari?” Dul Koplak melongo..
“Yah begitulah..aturan perusahaan, semua omongan ane itu mewakili PT. Galau. untung dikit-dikit aja yang penting kontinyu..tidak terkena bunga.

“Kalau ndak ada yang mau beli?”
“Hahaha…ente jangan khawatir. ane atau PT. Galau selalu bersedia membelinya. Nah, ente paham sekarang?? Mbah Bondet sekarang terbahak-bahak seperti telinganya digelitik dengan sesuatu
“Wah..mantap nih…Mbah Bondet memang pinter. ” Dul Koplak sekarang bisa ikut tertawa.
“Mari kita mulai Mbah”
Dua lembar uang seratus ribuan segera berpindah tangan.



Sayang bagi Dul Koplak, karena lupa membatasi nilai jual tertinggi dan terendah, setengah jam kemudian harga sapi mencapai 4,8 juta/ ekor, segera saja uangnya amblas.. Hilanglah angan-angannya..

Namun si Dul Koplak tetap saja BEBAL, dia lekas menyiapkan modal baru. Dul Koplak berdalih bahwa fluktuasi harga sapi adalah pengaruh pasar dan sebenarnya bisa diANALISA bila dipelajari. Dul Koplak dan pembeli lain percaya bahwa grafik harga sapi itu Online dan terhubung ke harga sapi internasional, tapi mereka terlalu lugu untuk tidak berburuk sangka, bahwa suatu ketika, harga yang tiba-tiba melonjak naik/ turun kadang juga diakibatkan oleh tangan usil Mbah Bondet !

Ki Deden, si dukun palsu, pensiunan pengamen, ternyata juga ikut bisnis ini dan modalnya lebih besar yaitu 500rb. Dia cuma membeli 1 sapi sehingga uang untuk jaga-jaga Rp. 450rb masih bisa bertahan.

berjalan kesana kemari sambil menepuk dada..
“Margin ane cukup untuk menahan fluktuasi lho bapak-bapk lan mbakyu…”

1 jam kemudian harga sapi melambung menjadi Rp. 5,5 juta. Ki Deden tertawa kegirangan, matanya mulai bersinar hijau. Laba 500rb mulai tampak di depan mata. Dia berlari menuju kamar mbah Bondet sambil berteriak-teriak;
“Saya jual…saya jual…Mbah”
Tiba di hadapan Mbah Bondet yang sedang santai…
“Lihat harga sekarang tuh…”ujar Mbah Bondet sambil jarinya menunjuk ke arah Televisi.

Hah?? Rp. 4,7 juta bagaimana mungkin??
“Itu namanya SLIPPAGE anakku.. sepertinya ada sedikit ‘kegoncangan di pasar’ sehingga fluktuasi tak terkendali…”
“Jadinya Rp. 4,7 juta. Karena bantuan ane Rp. 4,95 juta, maka ada selisih Rp. 250rb. Uang jaga-jaga ente (Rp. 450 rb) akan ane kurangi Rp. 250 rb..Nah, ini terimalah TOTAL uang ente saat ini Rp. 200 rb tambah Rp. 50 rb (yang buat jaminan 1 sapi). Lalu Sapi itu ane tarik lagi.” Suara Mbah Bondet lirih kebapakan berpura-pura iba..”Hmm… bisnis ini memang harus cepat anakku…”

==
Penjelasan Hitungannya sbb:
Modal awal Rp. 500 ribu
Harga 1 ekor sapi Rp. 5 juta
Bantuan Mbah Bondet Rp. 4,95 juta, tambah Rp. 50 ribu untuk 1 ekor sapi
Sisa modal untuk jaga-jaga Rp. 450 ribu.
Sapi terjual di Rp. 4,7 juta.
Sisa modal Rp. 450 ribu tergerus sejumlah Rp. 250 ribu.
==

Ki Deden melongo memandangi uangnya sekarang tinggal Rp. 250 rb.
“Kalau begitu BATAL dulu…saya tunggu harga naik lagi!” Ki Deden protes.
“Wah Ndak Bisa! ente menemui ane yang kedua, ente membuka pintu kamar ane, artinya transaksi jual SUDAH SAH. ente belajar analisis dulu biar pintar..” Mbah Bondet tersenyum. Tapi Ki Deden mulai bisa menangkap kelicikannya…

“Analisis Bullshit! pake analisis atau tidak toh tetep kena SLIPPAGE! kamu penipu Mbah!! “ Ki Deden mengumpat kesetanan. Baru kali itu dalam sepuluh tahun Ki Deden mengumpat.
“Lho? Makanya ente belajar analisis dulu. Jangan sampai ente melakukan transaksi pada waktu terjadi ‘kegoncangan di pasar’”, Mbah Bondet mencoba berkilah…

“Ah..bullshit… mending saya kembali jadi Dukun Palsu aja deh…”
Sejak hari itu Ki Deden tidak pernah nongol lagi di pelataran rumah mbah Bondet.
Ada yang menyebut minggat ke kota Sampit di kalimantan.
Ada yang bilang ngamen lagi.
Tapi kabar terakhir dari sumber terpercaya lebih valid menyebut bahwa orang ini masih tetap di pelataran rumah mbah Bondet, menggelar tikar di samping Genghis Khun, tapi dengan Mug yang lebih besar.

Sekian dulu dongengnya

at 1:11 PM

1 Komentar untuk "DUL KOPLAK, SANG TRADER SAPI"

Maman Dulyaman said...

Cerita yang menghibur namun menyampaikan pesan yang sangat penting, gan, terutama untuk trader pemula seperti saya. saat ini saya sedang ebrusaha untuk tekun dan disiplin berlatih trading menggunakan akun demo di OctaFX. selain itu saya pun berusaha untuk mengikuti kontes trading demo "OctaFX CHAMPION" yang diadakan secara rutin oleh OctaFX untuk saya mengasah dan menguji kemampuan trading yang saya miliki.

Back to Top